Rabu, 11 November 2009

Seni Kria Nusantara

1. PROSES PEMBUATAN KAIN BATIK
NGANJI




Proses Nganji - from Handbook of Indonesian Batik
Sebelum dicap, biasanya mori dicuci terlebih dahulu dengan air hingga kanji aslinya hilang dan bersih, kemudian di kanji lagi. Motif batik harus dilapisi dengan kanji dengan ketebalan tertentu, jika terlalu tebal nantinya malam kurang baik melekatnya dan jika terlalu tipis maka akibatnya malam akan “mblobor” yang nantinya akan sulit dihilangkan.
Mori dengan kualitas tertinggi [Primisima] tidak perlu dikanji lagi, karena ketebalan kanjinya sudah memenuhi syarat.
NGEMPLONG



Proses Ngemplong - from Handbook of Indonesian Batik
Biasanya hanya mori yang halus yang perlu dikemplong terlebih dahulu sebelum dibatik. Mori biru untuk batik cap biasanya bisa langsung dikerjakan tanpa dilakukan pekerjaan persiapan.
Tujuan dari ngemplong ialah agar mori menjadi licin dan lemas. Untuk maksud ini mori ditaruh diatas sebilah kayu dan dipukul-pukul secara teratur oleh pemukul kayu pula.
Mori yang dikemplong akan lebih mudah dibatik sehingga hasilnya lebih baik.

2. TEKNIK PEMBUATAN BATIK
NGLOWONG, Pelekatan malam [lilin] yang pertama.
Proses Nglowong dengan cap - [Vie]




Proses Nglowong dengan canting - [Vie]
Selesai dikemplong mori sudah siap untuk dikerjakan. Teknik pembikinan batik terdiri dari pekerjaan utama, dimulai dari pekerjaan utama, dimulai dengan nglowong ialah mengecap atau membatik motif-motifnya diatas mori dengan menggunakan canting
Nglowong pada sebelah kain disebut juga ngengreng dan setelah selesai dilanjutkan dengan nerusi pada sebelah lainnya
NEMBOK, pelekatan malam kedua







Proses Nembok - [Vie]
Sebelum dicelup kedalam zat pewarna, bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih harus ditutup dengan malam. Lapisan malam ini ibaratnya tembok untuk menahan zat perwarna agar jangan merembes kebagian yang tertutup malam.
Oleh karena itu pekerjaan ini disebut menembok, jika ada perembesan karena tembokannya kurang kuat maka bagian yang seharusnya putih akan tampak jalur2 berwarna yang akan mengurangi keindahan batik tersebut. Itulah sebabnya malam temboknya harus kuat dan ulet, lain dengan malam klowong yang justru tidak boleh terlalu ulet agar mudah dikerok.
MEDEL, Pencelupan pertama dalam zat warna
Tujuan Medel adalah memberi warna biru tua sebagai warna dasar kain. Jaman dulu pekerjaan ini memakan waktu berhari-hari karena menggunakan bahan pewarna indigo [bahasa jawanya : tom]
Zat pewarna ini sangat lambat menyerap dalam kain mori sehingga harus dilakukan berulang kali, kini dengan bahan warna modern bisa dilakukan dengan cepat.
NGEROK, Menghilangkan malam klowong
Bagian yang akan di soga agar berwarna coklat, dikerok dengan Cawuk [semacam pisau tumpul dibuat dari seng] untuk menghilangkan malam nya.
Pekerjaan berikutnya adalam mBironi, yang terdiri dari penutupan dengan malam bagian-bagian kain yang tetap diharapkan berwarna biru, sedangkan bagian yang akan di soga tetap terbuka. Pekerjaan mBironi ini dikerjakan didua sisi kain.
MENYOGA, Pencelupan kedua



Proses Me"Nyoga" - [Vie]
Menyoga merupakan proses yang banyak memakan waktu, karena mencelup kedalam soga. Jika menggunakan soga alam, tidak cukup hanya satu dua kali saja, harus berulang.
Tiap kali pencelupan harus dikeringkan diudara terbuka. Dengan menggunakan soga sintetis maka proses ini bisa diperpendek hanya setengah jam saja. Istilah menyoga diambil dari kata pohon tertentu yang kulit pohonnya menghasilkan warna soga [coklat] bila direndam di air.
NGLOROD, Menghilangkan malam




Proses Nglorod - [Vie]
Setelah mendapat warna yang dikehendaki, maka kain harus mengalami proses pengerjaan lagi yaitu malam yang masih ketinggalan di mori harus dihilangkan, caranya dengan dimasukkan kedalam air mendidih yang disebut Nglorod.
PROSES PEMBUATAN WARNA ALAMI
Menurut Standard Industri Indonesia [SII]. Batik adalah bahan tekstil hasil perwanaan menurut ornamen khas motif batik Indonesia, secara pencelupan rintang [resist dyeing technique] dan dengan menggunakan lilin batik sebagai bahan perintang [resist agent].
Teknologi Batik dapat dilihat dari :
1. Bahan kain putih [mori, sutera, wool]
2. Lilin/malam
3. Bahan pewarna
4. Bahan pembantu pewarnaan
5. Proses pembuatan batik
Simbolisme pada batik ditampilkan oleh warna-warna yang diterapkan pada motif-motifnya. Seperti halnya dengan ornamen pada batik tradisional penyusunan warna-warnanya mempunyai arti filosofis yang selalu dikaitkan dengan faham kesaktian.
Warna batik tradisional adalah biru/hitam, merah coklat/soga dan putih. Warna biru/hitam melambangkan keabadian, warna putih melambangkan hidup atau sinar kehidupan dan warna merah/soga memberikan arti kebahagiaan.
Bahan Pewarna Alam
Di Yogyakarta khususnya, warna batik tradisional adalah biru/hitam, soga coklat dan putih dari pewarna alam :
Biru/Hitam diambil dari daun tanaman indigofera yang disebut juga nila atau tom yang difermentasi
Cara Pencelupan/Pewarnaannya :
- 500 gram pasta indigo dilarutkan dalam 5 liter air
- Ditambahkan 100gr kapur dan 100gr gula aren yang telah dilarutkan, diaduk lalu didiamkan, larutan sudah bisa digunakan.
- Kain direndam dalam larutan selama +/- 15 menit, diangkat, ditiriskan, mula-mula kain berwarna kuning, hijau kemudian setelah teroksidasi berwarna biru
- Pencelupan dilakukan berulang sampai diperoleh warna yang dikehendaki
Soga/Coklat
Warna ini diambil dari campuran kulit pohon tinggi arah warna merah, kulit pohon jambal arah warna merah coklat dan kayu tegeran arah warna kuning.
Untuk membuat soga terantung campuran ketiga bahan tersebut. Contohnya bisa diambil campuran kulit kayu tinggi 5Kg, kulit kayu jambal 10Kg dan kulit tegeran 3Kg.
Bahan-bahan itu dipotong kecil-kecil, dicuci dan direbus kemudian disaring diambl ekstraknya. Ekstrak atau air soga ini setelah dingin siap dipakai untuk menyoga kain.
Cara Pencelupan.
Bahan kain dimasukkan kedalam larutan soge sekitar 15 menit lalu ditiriskan, pencelupan dilakukan beberapa kali sampai tercapai warna yang dikehendaki.
Fiksasi zat warna alam soga.
Dengan larutan kapur, untuk 50 gram kapur tohor [CaCo3] dilarutkan dalam air 1 liter, didiamkan dan setelah mengendap larutan dipisahkan. Kain setelah celupan terakhir dimasukan kedalam larutan kapur selama 20 menit kemudian ditiriskan. Setelah kering lalu dicuci bersih. [dari Batik-ragam hias ceplok-Sekar Jagad]




























PROSES PEMBUATAN GERABAH DENGAN TANAH LIAT HANYA 5 TAHAPAN:

1.Di tempat kami di Desa Banyumulek, para perajin mengambil tanah dari gunung yang dekat dengan desa Banyumulek..Jarak antara Desa Banyumulek dengan gunung tempat mengambil tanah liat hanya sekitar 5 KM saja.Tanah Merah di jemur diterik matahari selama kurang lebih 1 minggu. Pada waktu penjemuran, tanah liat dipisahkan dari sampah yang tak berguna seperti kayu,akar kayu,dedaunan yang keras,rumput dan lain-lain. stone , Mr. zain kadang-kadang membawa Tanah Liat ke perajin yang membuat gerabah di kampung..

2. Setelah Tanah liat sangat kering, tanah liat kemudian dimasukkan ke dalam bak perendaman, namun sebelumnya perajin menyiapkan campurannya berupa pasir yang diambil dari kali dekat desa.Pasir halus kemudian disaring dengan ayakan yang sangat halus.

3.Tahap selanjutnya adalah pencampuran antara tanah liat dan pasir diaduk rata dengan tangan.Dan biarkan Rendaman pasir dan tanah liat selama 4 malam, tujuannya adalah agar tanah menjadi semakin plastis.

4. Tanah Liat sudah siap untuk dibentuk menjadi berbgai macam design gerabah sesuai selera perajin atau sesuai selera pemesan.









.








PEMBUATAN ANYAMAN DAUN MENGKUANG
Pemilihan dan Pemotongan
Daun mengkuang yang sesuai dipilih dari jenis yang baik.


Melayur Daun
Daun mengkuang dilayur di atas bara api sehingga menjadi kekuningan. Ia dilakukan untuk menjadikan daun itu lembut dan tahan lama. Di samping itu ia dapat memudahkan proses menjangka.



Menjangka
Daun mengkuang dibelah dengan bilah yang sama saja dengan menggunakan jangka.

Merendam
Daun-daun tersebut digulung dalam satu ikatan untuk direndam dalam suatu ikatan untuk direndam di dalam air biasa selama 2 hari. Semasa rendaman, air akan ditukar sebanyak ditukar sebanyak dua kali sehari. Rendaman ini dilakukan untuk melunturkan warna asal daun.




Menjemur
Setelah direndam, daun-daun tersebut akan dijemur sehingga menjadi putih kekuningan. ini dilakukan bagi memudahkan proses melurut.

Mewarna
Daun-daun mengkuang yang telah kering dicelup ke dalam pencelup warna mengikut kesesuaian rekacorak rombong. Selepas diwarnakan, ia akan dikeringkan di bawah sinaran matahari.





Melurut
Proses melurut dilakukan bagi menjadikan daun mengkuang cantik dan tetap kembang. Sekiranya proses melurut tidak dilakukan, daun akan menjadi keras dan sukar dianyam.


Menganyam
Proses menganyam bermula dengan membuat "Pusat Belanak" iaitu menganyam enam helai daun secara jelujur dan melintang. Helaian daun yang ditambah serta bilangan langkah anyaman menentukan saiz sesebuah rombong.




Menaja
Jalinan daun dianyam sehingga membentuk tapak yang berbentuk bulat. Bingkai yang diperbuat daripada kulit pelepah disisip ke tapak rombong untuk memperkuatkan tapak yang telah dianyam. Seterusnya anyaman dinaikkan ke atas untuk membuat badan bakul.


Sulam/Mencolek Bunga
Alat penyisip disisipkan bersama daun berwarna sehingga menembusi sebahagian bawah anyaman sambil meninggalkan kesan sisipan pada rombong. Setelah siap, bahagian tudung atau penutup rombong dianyam serupa seperti bahagian badan rombong.















Pembuatan Songket Lombok
Kain songket merupakan mahkota seni penenunan yang bernilai tinggi. Teknik pembuatannya memerlukan kecermatan tinggi. Benang lungsi sutera dimasukkan melalui sisir tenun dan heddle utama pada rangkaian kain dan diisi oleh benang sutra dan benang emas tambahan jika diperlukan guna membentuk pola simetris.

Bahan baku kain songket Lombok ini adalah berbagai jenis benang, seperti benang kapas, atau yang lebih lembut dari bahan benang sutera. Untuk membuat kain songket yang bagus, bahan bakunya berupa benang putih yang diimpor dari India, Cina atau Thailand. Sebelum ditenun, bahan baku diberi warna dengan jalan dicelup dengan bahan warna yang dikehendaki. Warna dominan dari tenun songket Lombok ini, merah. Namun, saat ini penenun dari Lombok ini sudah menggunakan berbagai warna, yaitu warna yang biasa digunakan untuk tekstil.

Dahulu, kain songket tradisional dicelup dengan warna - warna yang didapat dari alam, dan teknik ini diteruskan ke anak cucu secara turun temurun. Biasanya warna merah, didapat dari pengolahan kayu sepang dengan jalan mengambil inti kayunya dan direbus, dan mengkudu, yang didapat dari akarnya.

Warna biru didapat dari indigo, warna kuning didapat dari dari kunyit.Untuk mendapatkan warna sekunder seperti hijau, oranye dan ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah,biru dan kuning. Untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelupan ditambahkan tawas.

Setelah benang diberi warna, lalu ditenun dengan alat yang sederhana. Penempatan benang-benang telah dihitung dengan teliti. Benang yang memanjang atau vertikal disebut lungsi, benang yang ditempatkan melebar atau horizontal disebut benang pakan. Hasil persilangan kedua jenis benang ini terangkai menjadi kain. Untuk mendapatkan motif songket berbenang emas, ditambahkan benang emas yang sudah dihitung dan ditenunkan di antara hasil tenunan tadi.

Karena rumitnya proses bertenun ini , sehelai kain dapat diselesaikan dalam waktu ber bulan - bulan. Apalagi di masa lalu, menenun dikerjakan oleh para ibu pada waktu senggang ketika pekerjaan mengurus rumah tangga atau bertani telah selesai. Tenun songket biasanya diberi motif berwarna emas. Benang emas yang dipakai ada tiga jenis , yaitu benang emas cabutan , benang emas Sartibi dan benang emas Bangkok.enang emas cabutan didapat dari kain songket antik yang sebagian kainnya sudah rusak, yang diurai kembali. Benang emas cabutan masih kuat karena dibuat dari benang katun yang dicelupkan ke dalam cairan emas 24 karat

Pengerjaaan yang rumit dengan mengurai kembali benang yang sudah ditenun ini menghasilkan kain songket yang baru yang berkesan antik. Dengan pembuatan dan pengerjaan yang harus sangat telaten ini wajarlah harga kain songket bisa berlipat ganda. Jenis yang kedua, benang emas Sartibi. yaitu benang emas sintetis dari pabrik benang di Jepang. Benang ini halus, dan tidak mengkilap, hasil tenunannya lebih halus dan ringan. Jenis benang emas yang ketiga yaitu benang Bangkok yang mengkilap dan memang didatangkan dari Bangkok.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat songket, antara lain seperti alat tenun, rungsen, benang emas, benang merah, baliro, lidi, buluh, pleting dan lain sebagainya.
Dalam pembuatan songket diperlukan ketekunan, keuletan, dan kesabaran. Kalau dilakukan terburu-buru hasilnya tidak bagus. Waktu yang dibutuhkan untuk menenun satu songket biasanya paling cepat setengah bulan dan paling lama satu bulan. Waktu tersebut belum termasuk membuat motif. Sehingga untuk membuat satu songket waktu diperlukan bisa satu bulan setengah.

Proses pembuatan melalui beberapa tahapan, pertama yaitu pencelupan, Benang Sutera yang masih putih dicelup sesuai warna yang dikehendaki, setelah itu dijemur dengan bambu panjang di terik matahari untuk membuat kain dan selendang (ukuran lebar kain 90 cm untuk selendang 60 cm, sedangkan panjangnya 165 hingga 170).

Selanjutnya, adalah cabutan, atau proses pemisahan benang Emas dari songket lama. Satu persatu benang emas dipilih dan dipisahkan dari kain pakan dan lungsen lama yang akan diganti. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena benang emas yang sudah berumur tersebut bisa mengalami pengelupasan (rontok). Setelah benang dipisah dari kain yang lama, kemudian di rol dengan gulungan.

Biasanya, benang yang dipisahkan atau dicabut dari kain pakan dan lungsen mengalami putus-putus menurut lekuk dari kain. Maka dilakukan proses penyambungan. Setelah dilakukan penyambungan, benang emas digulung dengan plating yang dimasukkan ke dalam teropong (keduanya terbuat dari bambu) agar saat ditenun benang emas tidak terputus. Proses-proses tersebut memakan waktu hingga 10 hari.

Setelah proses pencabutan dan penggulungan, benang emas mulai ditenun, yaitu memasukkan benang emas dan benang sutera sesuai dengan motif. Sebelumnya dilakukan proses desain (pencukitan) dengan menggunakan lidi sesuai dengan motif yang dikehendaki. Lama proses penenunan ini memerlukan waktu mulai 2 hingga 3 bulan.

Bahan baku pembuatan songket yang hampir seluruhnya diimpor membuat harga jenis kain tergolong mahal. Benang sutra dan benang emas ini turun-temurun diimpor dari China, Jepang, dan Thailand. Namun benang sutra lokal dapat digunakan tetapi agak susah ditenun.

Selain jenis bahan baku yang dipakai, harga kain songket juga ditentukan oleh pola motif penuh atau motif tabur pada kain. Makin penuh bermotif tentu harganya makin mahal. Tingkat kerapatan tenunan songket juga turut memengaruhi harga.

Kain songket tidak bisa terkena panas atau disimpan di ruangan yang sembarangan. Perawatannya harus benar-benar diperhatikan. Setelah dipakai kain songket mesti diangin-anginkan terlebih dulu, kemudian digulung dan setiap tiga bulan sekali harus dibuka (dijabarkan) untuk menghilangkan bau atau ngengat yang mungkin ada di dalam lipatannya.

2. Peralatan dan Bahan Membuat Songket Lombok
Peralatan tenun songket Lombok pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu dan bambu. Peralatan pokok adalah seperangkat alat tenun itu sendiri yang oleh mereka disebut sebagai “dayan”. Seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter ini terdiri atas gulungan/boom (suatu alat yang digunakan untuk menggulung benang dasar tenunan), penyincing (suatu alat yang digunakan untuk merentang dan memperoleh benang tenunan), beliro (suatu alat yang digunakan untuk membuat motif songket), cahcah (suatu alat yang digunakan untuk memasukkan benang lain ke benang dasar), dan gun (suatu alat untuk mengangkat benang).

Sedangkan, peralatan tambahan untuk mengatur posisi benang ketika sedang ditenun adalah peleting, gala, belero ragam, dan teropong palet. Peralatan tambahan tersebut diletakkan di sebelah kanan si penenun, agar mudah dicapai dengan tangan.

Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut lusi atau lungsin. Benang lungsin terbuat dari kapas, kulit kayu, serat pisang, serat nenas, dan daun palem. Sedangkan, hiasannya terdiri dari benang sutera dan benang emas2. Benang sutera berasal dari Taiwan dan China, sedangkan benang emas berasal dari India, Jepang, Thailand, Jerman dan Perancis. Selain benang, ada pula barang yang harus diimpor dari Jerman dan Inggris yaitu bahan pewarna benang.

Cara membuat benang lungsin dilakukan dengan menggunakan pemberat yang diputar dengan jari tangan. Pemberat tersebut berbentuk seperti gasing dan terbuat dari kayu atau terakota. Cara lain yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia bagian Barat (Sumatera, Jawa, dan Bali) adalah dengan menggunakan antih (alat yang terdiri dari sebuah roda lebar yang bisa diputar berikut pengaitnya untuk memutar roda tersebut). Sedangkan, untuk memperoleh warna tertentu3, benang yang akan diwarnai itu direndam dalam sabun selama kurang lebih 14 menit.

Maksudnya adalah agar benang tersebut hilang zat minyaknya. Setelah itu, baru dicelup dengan warna yang diinginkan, lalu dijemur. Selanjutnya, setelah kering, benang tersebut dikelos (digulung). Setelah itu, penganian, yaitu menyiapkan jumlah helai benang yang akan ditenun sesuai dengan jenis dan atau bentuk songket yang akan dibuat. Namun, dewasa ini hanya sebagian yang masih melakukannya. Sebagian lainnya langsung membeli benang-warna yang telah diproduksi oleh suatu pabrik di Indonesia atau yang diimpor dari India, Cina, Jepang atau Thailand.

3. Teknik Pembuatan Tenun Songket Lombok
Pembuatan tenun songket Lombok pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu: tahap menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos dan tahap menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Masyarakat Amerika dan Eropa menyebut cara menenun seperti ini sebagai “inlay weaving system”.

a. Tahap Menenun Kain Dasar
Dalam tahap ini yang ingin dihasilkan adalah hasil tenunan yang rata dan polos. Untuk itu, langkah pertama yang dilakukan adalah benang yang sudah dikani, salah satu ujungnya direntangkan di atas meja. Sedangkan, ujung lainnya dimasukkan kedalam lubang suri (sisir). Pengisian benang ini diatur sedemikian rupa sehingga sekitar 25 buah lubang suri, setiap lubangnya dapat memuat 4 helai benang. Hal ini dimaksudkan untuk membuat pinggiran kain.

Sedangkan, lubang-lubang yang lain, setiap lubangnya diisi dengan 2 helai benang.
Setelah benang dimasukkan ke dalam suri dan disusun sedemikian rupa (rata), maka barulah benang digulung dengan boom yang terbuat dari kayu. Pekerjaan ini dinamakan menyajin atau mensayin benang. Setelah itu, pemasangan dua buah gun atau alat pengangkat benang yang tempatnya dekat dengan sisir. Sesuai dengan apa yang dilakukan, pekerjaan ini disebut sebagai “pemasangan gun penyenyit”.

Selanjutnya, dengan posisi duduk, penenun mulai menggerakkan dayan dengan menginjak salah satu pedal untuk memisahkan benang sedemikian rupa, sehingga benang yang digulung dapat dimasukkan dengan mudah, baik dari arah kiri ke kanan (melewati seluruh bidang dayan) maupun dari kanan ke kiri (secara bergantian). Benang yang posisinya melintang itu ketika dirapatkan dengan dayan yang ber-suri akan membentuk kain dasar.

b. Tahap Pembuatan Ragam Hias
Setelah kain dasar terwujud, maka tahap berikutnya (tahap yang kedua) adalah pembuatan ragam hias. Dalam tahap ini kain dasar yang masih polos itu dihiasi dengan benang emas atau sutera dengan teknik pakan tambahan atau suplementary weft. Caranya agak rumit karena untuk memasukkannya ke dalam kain dasar harus melalui perhitungan yang teliti. Dalam hal ini bagian-bagian kain dipasangi gun kembang agar benang emas atau sutera dapat dimasukkan, sehingga terbentuk sebuah motif.

Konon, pekerjaan ini memakan waktu yang cukup lama karena benang emas atau sutera itu harus dihitung satu-persatu dari pinggir kanan kain hingga pinggir kiri menurut hitungan tertentu, sesuai dengan contoh motif yang akan dibuat. Selanjutnya, benang tersebut dirapatkan satu demi satu, sehingga membentuk ragam hias yang diinginkan.

Lama dan tidaknya pembuatan suatu tenun songket, selain bergantung pada jenis tenunan yang dibuat dan ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motif songketnya. Semakin halus dan rumit motif songketnya, akan semakin lama pengerjaannya. Pembuatan sarung dan atau kain misalnya, bisa memerlukan waktu kurang lebih dua hingga enam bulan. Bahkan, seringkali lebih dari enam bulan karena setiap harinya seorang pengrajin rata-rata hanya dapat menyelesaikan kain sepanjang 5 -10 sentimeter.

KERAJINAN KERAMIK KHAS NTB













Membuat keramik memerlukan teknik-teknik yang khusus dan unik. Hal ini berkaitan dengan sifat tanah liat yang plastis dimana diperlukan ketrampilan tertentu dalam pengolahan maupun penanganannya. Membuat keramik berbeda
dengan membuat kerajinan kayu, logam, maupun yang lainnya. Proses membuat keramik adalah rangkaian proses yang panjang yang didalamnya terdapat tahapan-tahapan kritis. Kritis, karena tahapan ini paling beresiko terhadap kegagalan. Tahapan proses dalam membuat keramik saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Proses awal yang dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian sebaliknya, kesalahan di tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga.

Tahap-tahap membuat keramik
Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu produk keramik, yaitu:


1. Pengolahan bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 – 100 mesh.

Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang homogen/seragam. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan blunger maupun mixer.
Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress.
Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan massa badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.
2. Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik: pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).
Pembetukan tangan langsung
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng (slabbing).

Pembentukan dengan teknik putar
Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan merupakan kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga keteknikan ini menjadi semacam icon dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan keteknikan yang lain, teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi. Seseorang tidak begitu saja langsung bisa membuat benda keramik begitu mencobanya. Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk melatih jari-jari agar terbentuk ’feeling’ dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat dengan keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder: misalnya piring, mangkok, vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat putar (meja putar). Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar masinal yang digerakkan dengan listrik.
Secara singkat tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar adalah: centering (pemusatan), coning (pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the contour (merapikan).
Pembentukan dengan teknik cetak
Dalam keteknikan ini, produk keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan; tetapi menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan dengan 2 cara: cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa badan tanah liat slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda yang diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. Berbeda dengan teknik putar atau pembentukan langsung,
3. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting: (1) Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan (3) air yang terserap pada permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk menghindari retak/cracking terlebih pada tahap 1 (Norton, 1975/1976). Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.
Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.
4. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku/furnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran: suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan tentu saja mineral yang terlibat (Magetti, 1982). Selama pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang/muncul fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss). Secara umum tahap-tahap pembakaran maupun kondisi api furnace dapat dirinci dalam tabel.
Pembakaran biscuit
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000oC. Pembakaran biskuit sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal.
5.Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.
Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan menentukan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan sangat diperlukan untuk menghasilkan produk yang memuaskan.























Pengertian Seni Kriya
Seni kriya sering disebut dengan istilah Handycraft yang berarti kerajinan tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain mempunyai aspek-aspek keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau fungsi praktis. Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan artistik dan keindahan.
Unsur Karya Seni Kriya
Seni kriya mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
 Utility atau aspek kegunaan
Security yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan barang-barang itu.
Comfortable, yaitu enaknya digunakan. Barang yang enak digunakan disebut barang terap. Barang-barang terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi.
Flexibility, yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya adalah barang terap yaitu barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau terapannya. Barang terap dipersyaratkan memberi kemudahan dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam penggunaannya.
 Estetika atau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak enak dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas. Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi pemakainya. Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu diperindah dan berwujud estetik.
Fungsi dan Tujuan Pembuatan Seni Kriya
1. Sebagai benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
2. Sebagai benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau segi fungsinya.
3. Sebagai benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan sebagai alat permainan.
Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.
Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
Teknik Tuang Berulang (Bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua dan valve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.

Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.
Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:
a. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
b. Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
c. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.
d. Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
e. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.
Teknik membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahap nglorod yaitu penghilangan malam.
Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada umumnya sebagai berikut:
a. Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.
b. Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
c. Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
d. Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
e. Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan kain yang lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik membatik antara lain sebagai berikut:
a. Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik jumputan.
b. Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.
c. Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d. Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain Amri Yahya.
e. Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
f. Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk kain seragam sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang terkenal diantaranya Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.
Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong, pandan dan lain-lain.
Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut lungsi dan pakan. Daerah penghasil tenun ikat antara lain
Teknik membentuk
Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik diantaranya:
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap batu/pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para penggemar keramik.
d. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
e. Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan
Sumber:
Bastomi, Suwadji. 2000. Seni Kriya Seni. Semarang: UNNES Press.



CARA PEMBUATAN KERIS






Banyak kisah aneh tentang perilaku empu ketika membuat keris. Empu wanita Ni Sombro, misalnya, suka membuat keris dengan mengambang di permukaan laut. Dia konon mampu membuat keris dengan hanya dipejet-pejet memakai tangan. Setelah jadi, keris dicoblos pakai jari kelingking agar terjadi lubang demi memudahkan untuk merenteng keris buatannya, sebelum kembali ke daratan. Karena itu, keris buatan Ni Sombro dipastikan ada lubangnya, juga ada bekas pejetan tangan.
Di zaman modern sekarang pun, Bupati Wonogiri H Begug Poernomosidi, S.H mampu menunjukkan keanehan. Saat memesan keris pada empu Mas Ngabehi (MNg) Daliman Solo, besi yang merah membara ketika dibakar di tungku (baselen), serta merta diambilnya dan dijilat pakai lidahnya. Ini dilakukan untuk mengawali pembuatan pamor keris dapur sengkelat yang dia pesan.
Tahukah Anda bagaimana keris Kanjeng Kiai (KK) Jenang Kunto dibuat di zaman kerajaan Mataram? Saat itu, Raja Mataram memerintahkan semua penduduknya setor masing-masing sebuah jarum ke keraton. Ini untuk sensus penduduk guna mengetahui jumlah warga di Mataram. Dengan meminta jasa empu Ki Supo Enom (Ki Nom), jarum sebanyak jumlah warga di negeri Mataram itu, kemudian dibuat keris. Jadilah sebilah keris yang diberi nama KK Jenang Kunto.
Bagaimana membuat keris, adalah pertanyaan yang paling menarik, sesungguh proses pembuatan keris tidak berbeda dengan benda-benda seni lainnya, seperti ukir (batu, kayu, tulang, besi). Yang sangat membedakan justru pada kisah-kisah magis yang dibangun bersama kehadiran keris, tombak atau pedang. Kisah-kisah magis itulah yang menjadikan keris sangat sulit untuk diproduksi secara massal. Tetapi dampak lainnya juga memunculkan sikap keengganan, tidak semua orang mau mengoleksi keris sebagai benda seni, karena takut. Namun dari kisah-kisah magis itu pulalah keris menjadi seni tingkat tinggi yang hanya dinikmati oleh mereka yang benar-benar mengerti, memahami, menghargai dan mencintai benda yang dihasilkan oleh seni tempa itu.
Membuat keris diawali dengan pemilihan bahan baku yang baik. Dalam kasanah perkerisan ada berbagai jenis besi, yang sering disebut adalah besi Mangangkang, Pulosrani, Balitung dan sebagainya. Tentu hanya mereka yang sudah mahir yang memiliki kemampuan memilih besi mana yang baik dan mana yang tidak baik sebagai bahan keris. Cara memilih besi bisa menggunakan berbagai cara. Masing-masing pembuat keris memiliki keterampilan berbeda-beda. Ada yang hanya dengan cara mengamati fisik dan warna besi, ada yang harus memukul dan dari suara dentangan besi itu bisa ditentukan pilihannya. Semua itu, konon tergantung kebiasaan dari pembuat keris, dan konon pula hasilnya akan sama, karena tujuannya sama; memilih bahan yang bagus. Besi yang sudah ditentukan, kemudian dibentuk menjadi balok lebar sekitar 5 sentimeter, tebal 2-3 sentimeter. Ada dua balok besi berukuran, bentuk dan berat dibuat sama.
Langkah kedua, menyiapkan pamor. Ada beberapa jenis pamor yang biasa dipakai. Lazimnya, sekarang para pembuat keris mempergunakan nikel. Besi nikel bisa didapatkan di pasar besi tua dengan gampang. Namun ada juga yang mempergunakan velk mobil atau sepeda motor bekas. Untuk keris tertentu, pesanan misalnya, biasanya memakai meteorid sebagai pamor. Namun, karena barang ini sudah sangat langka, meteorid bisa “dikumpulkan” dari pedang atau keris tua yang sudah tidak terawat kemudian dilebur untuk diambil pamornya. Jika pamor yang dipakai berupa kepingan kecil-kecil, untuk mengumpulkannya bisa diakali dengan membuat amplop dari lempengan besi. Kepingan-kepingan tersebut kemudian dimasukkan dalam amplop tersebut, disatukan dan kemudian dibentuk menjadi balok yang bentuknya sama dengan balok besi yang disiapkan di awal. Balok berisi nikel, dijepit di antara dua balok (batangan) besi dan kemudian dibakar. Proses pembakaran diperkirakan mencapai 1.000 derajad celcius lebih. Arang kayu jati menjadi pilihan utama, karena panas arang kayu jati lebih stabil dibanding arang jenis kayu yang lain.
Jika pada bara api sudah muncul kembang api yang berasal dari balok-balok besi yang dibakar tadi, proses penempaan segera dimulai. Proses penempaan ini merupakan cara untuk menyatukan tiga balok tersebut. Dalam proses ini, ketiga balok harus benar-benar rekat, karena saat itulah seorang empu sedang mengawali pembuatan motif pamor. Jika sudah benar-benar menyatu, besi itu kemudian dipotong menjadi dua, sehingga pamor akan menjadi dua lapis.
Dilanjutkan seperti pada proses awal, yakni perekatan dan pemanjangan besi yang sudah berpamor itu. Demikian seterusnya penempaan dilakukan, sampai mendapatkan lapisan besi dengan lapisan-lapisan yang diinginkan. Semakin banyak lapisan, akan semakin halus pamor yang diperoleh. Menghitung lapisannya menggunakan deret ukur. 1, 2, 4, 8, 16, 32, 62 dan seterusnya. Bahan dasar besi berpamor ini, sudah bisa dipergunakan untuk pamor jenis beras wutah, atau wos wutah. Misalnya pada kelipatan 62, proses dihentikan pun bisa.
Besi berpamor itu kemudian dibagi dua, dan dibentuk menjadi trapesium. Ujung yang lebih kecil diarahkan menjadi bagian ujung keris, sedangkan yang lebar diarahkan menjadi bagian pangkal keris. Berikutnya, disiapkan potongan baja murni dan dibentuk trapesium sedikit lebih lebar dibanding trapesium dengan bahan besi berpamor. Tiga trapesium ini kemudian direkatkan dengan pembakaran yang sama sebagaimana dilakukan pada proses pembuatan bahan dasar besi berpamor.




Proses Pembuatan Perhiasan dari mutiara khas lombok
Pertama Memanen dari hasil mutiara


Para Pekerjanya mulai mengerok mutiara dari cangkangnya











Setelah itu di CUci












Setelah DIsaring Dijadikan satu

















Disini Dipilah mana mutiara dengan kualitas terbaik











Mulai dirakit


















REBANA KHAS LOMBOK










Rebana adalah alat musik tradisional yang banyak dipakai untuk musik irama padang pasir. Pada musik gambus, kasidah dan hadroh adalah jenis kesenian yang sering menggunakan rebana. Di Desa Kaliwadas, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, ribuan rebana dihasilkan dan dijual ke pasar domestik dan internasional. Ribuan Rebana

Di Desa Kaliwadas dihasilkan ribuan rebana yang dijual ke berbagai daerah, termasuk ke luar negeri. Hampir seluruh warganya membuat rebana. Jumlahnya mencapai 400an rumah usaha yang mempekerjakan empat hingga lima karyawan. Masruri salah satu pengusaha kecil pembuat rebana.Masruri: "Ini unggul, produksi paling banyak, kalau mutunya kurang tahu. Kan ada lagi yang bikin lebih bagus. Kalau di sini mutunya ya mungkin sedang. Kalau produksi paling banyak, hampir satu desa kan bikin semua kan setiap rumah"

Desa ini terletak di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Di sini, berjajar rumah penduduk yang memajang rebana di depan rumah. Sakim, kepala Dusun Kaliwadas mengatakan, dari tahun ke tahun, produksi rebana di Kailwadas terus meningkat.

Tidak rumit
Sakim: "Tahun ke tahun ya dari saya, ingat saya tahun 50 sampai sekarang itu ya maju. Jadi umpamanya kan ada kadang kalau dari KKNlah, nanti kalau itu pohon itulah habis, ya kan?

Sampai sekarang ya ditebangi macam apa ada saja pohon-pohon, sudah 180 orang yang bikin robana, maju sekali. Jumlahnya 180 orang yang itu kecil-kecil tapi cuman khusus di daerah-daerah Kaliwadas. Dibikin daerah lainnya gak maju. Bikin ke Tasik membawa tukang bubutnya ya gak jalan. Ke Sumatra, kan banyak pohon-pohon ya. Gak jalan, yang saya pribumi asli Kaliwadas yang tahu gitu dari jaman dulunya jadi itu maju saja"Membuat rebana sebenarnya tidak rumit. Bingkainya dibuat dari papan kayu. Papan itu lantas dibentuk dengan kampak.

Bahan baku bingkai terbagus terbuat dari kayu sawo, kayu sana keling dan kayu laban. Namun yang paling banyak dipakai saat ini adalah kayu mangga dan suyudan karena gampang didapat.

Tidak sembarang orang
Meski tak rumit, tak sembarang orang bisa membuat bingkai rebana. Nah, kalau sudah ahli, dalam sehari seorang pekerja bisa menghasilkan 80 bingkai rebana.Prosesnya seperti yang dijelaskan Nursidik, pengrajin rebana, " ...Itu dibakar, terus diampelas gitu. Tujuannya ben halus, ilangin yang kasar. Dibakar dulu terus diampelas, terus didasari pakai bensin. Tujuannya nutup pori-pori, memperkuat cat, yang pakai sirlak kan pakai bensin dulu, baru pakai kuas. Adanya sirlak itu spirtus, sirlak dicampur nah itu timpahkan baru itu pan jadi"
Papan kayu yang sudah halus itu lantas dibubut menjadi lingkaran.Nur Sidik: "Ya langsung dibubut itu mah, itu yang dilubangi tengahnya jadi tiga. Satu bahan itu jadi tiga, pertama ukuran 33, kedua ukuran 25, ketiga ukuran 17. Tiga macem itu satu jam, yang satu bahan itu satu jam. Itu pake mesin, pakai listrik waktu dulu kan pake bambu yang begini ya lebih mudah. Dulu pakai kaki meganginya pakai kaki"

Kulit kambing
Setelah bingkai rampung, kulit pun dipasang menggunakan alat khusus. Kata Masruri, kulit terbaik untuk rebana adalah kulit kambing yang telah dikeringkan.Masruri: "Ini yang dipakai kulit kambing, kalau yang lain dari itu ga dipakai, gak bisa masalahnya. Kalau kulit kerbau hanya buat beduk saja. Itu udah jadi kayu bulat. Itu langsung dipasang kulit. Nah sudah kulit kering, baru diplitur kayunya supaya mengkilat. Nah itu baru dicat kulitnya, supaya yang ada itu gambar itu disablon. Entar setelah itu baru dipasang rumbai-rumbai. Kalau spontan langsung gak bakalan jadi, meleleh gitu cetnya. Jadi ya antara setengah hari tapi kan bikinnya sekaligus banyak. Kita nunggu yang lain biar kering yang lain bikin"
Kualitas suara rebana, kata Masruri, sangat ditentukan oleh proses pemasangan kulit. Masruri: "Direndam aja dua hari, baru dikerok. Ya minimal empat harilah, jadi kulitnya bersih. Ini ngukur musiknya tinggal kitanya. Kalau mantengnya lebih kenceng, suaranya pasti kenceng. Tapi kalau pingin bas, supaya bunyinya dung, dung, dung, kita mantengnya ga terlalu kenceng, sedengan aja gitu"

Pertama, nada dasar bas 1 dengan diameter kluwungan 35 cm, nada bas 2 diameter 32 cm, selo 28 cm, dan tiga rebana dengan nada sopran ukuran 18 cm. Rebana kasidah ini dilengkapi pula dengan alat musik kecrik sebanyak dua buah. Khusus untuk kompang, diameternya disesuaikan dengan pemesanan bisa 20 cm atau 25 cm, 30 cm bahkan ada yang 35 cm. Kompang juga tidak mengenal set, permintaannya per satuan.
Bahan pembuatan alat musik rebana kasidah antara lain kayu. Kayu paling bagus untuk membuat rebana adalah kayu sawo karena bunyinya lebih nyaring dibanding dengan menggunakan kayu jenis tanaman lain. Namun, karena mahal dan langka, mereka beralih ke kayu pohon mangga, petai, atau durian. Bahan baku lainnya adalah kulit kambing, paling bagus menggunakan kulit kambing Jawa karena suara yang dihasilkan juga lebih nyaring serta harganya lebih terjangkau. Kulit domba juga bisa dipakai, tetapi di samping harganya mahal, kulitnya juga terlalu tipis sehingga mudah sekali rusak atau mengurangi kualitas suara. Bahan baku lain untuk proses finishing antara lain paku, cat, pelitur, dempul, dsb. Proses pembuatannya juga cukup rumit serta membutuhkan waktu cukup lama. Pembuatan satu set dengan satu buah rebana memakan waktu yang sama, minimal dapat diselesaikan dalam waktu satu bulan. Yunus menjelaskan langkah pertama membuat rebana adalah membuat kluwungan, diampelas, dipanaskan di bawah terik matahari, kemudian dipanaskan lagi dengan kompor, diampelas lagi untuk membersihkan serat kayu yang sudah menjadi arang, lalu dicat. Untuk menutup pori-pori kayu, kayu harus didempul terlebih dahulu diampelas lagi baru dipelitur.
Kemudian, dipasang kulit kambing. Sebelumnya, kulit kambing pun harus melalui proses pembersihan dan pengeringan sampai diperoleh kulit yang diharapkan. Pemrosesan kulit ini juga memakan waktu cukup lama serta tenaga yang kuat.

Laporan tentang Daya Hantar Listrik dan Senyawa Karbon

EKSPERIMEN ILMIAH I

Daya Hantar Listrik (Larutan Elektrolit)

Tujuan: Untuk mengetahui kelompok larutan-larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan nonelektrolit.

Alat & Bahan:
• Power supply + balon senter
• Pemegang lampu
• Kabel listrik dan penjepit buaya
• Elektroda karbon
• Gelas kimi serta larutannya:
• Aquades, Garam dapur, Kalium Hidroksida, Magnesium Klorida, Asam Klorida, Asam Sulfat, Amonia (aki), Asam cuka, Etanol (alkohol), Gula, dan Urea.

Cara Kerja:
1. Susunlah alat penguji elektrolit atau daya hantar listrik
2. Ujilah larutan yang terdapat pada tabel atau yang ingin diujikan dengan cara mencelupkan elektrode ke dalam larutan (bila akan berganti larutan, cucilah elektrode dan keringkan dengan kertas tissu)
3. Lakukan larutan berikut dengan melihat langka kedua
4. Kemudian, isi tabel hasil pengamatan!








Tabel Hasil Pengamatan!


NO.
BAHAN
RUMUS PENGAMATAN
JENIS ELEKTROLIT

LAMPU
ELEKTRODE
1. Aquades H2O Tidak nyala - Nonelektrolit
2. Garam dapur NaCl Nyala Gelembung gas Elektrolit kuat
3. Kalium Hidroksida KOH Nyala Gelembung gas Elektrolit kuat
4. Magnesium Klorida MgCl Nyala Gelembung gas Elektrolit kuat
5. Asam Klorida HCl Nyala Gelembung gas Elektrolit kuat
6. Asam Sulfat H2SO4 Nyala Gelembung gas Elektrolit kuat
7. Amonia NH3 Nyala Gelembung gas Elektrolit lemah
8. Asam cuka CH3COOH Nyala Gelembung gas Elektrolit lemah
9. Etanol C2H5OH - - Nonelektrolit
10. Gula C12H22O11 - - Nonelektrolit
11. Urea CO(NH2)2 - - Nonelektrolit






Pertanyaan:

1. Dari larutan yang diuji, kelompokkan yang termasuk larutan elektrolit dan nonelektrolit!
2. Mengapa larutan elektrolit kuatlektrolit dapat menghantar arus listrik?
3. -Larutan elektrolit yang daya hantar listriknya lemah disebut ….
-Larutan yang daya hantar listriknya kuat disebut …
4. Apa yang dimaksud dengan ionisasi?
5. Jelaskan mengapa senyawa kovalen polar dapat menghantar arus listrik?
6. Tuliskan senyawa kovalen polar yang dapat menghantar listrik dan tuliskan reaksi ionisasinya!

Jawaban:

1. -Larutan elektrolit: NaCl, MgCl, HCl, H2SO4, NH3, dan CH3COOH
-Larutan nonelektrolit: H2O, C2H5OH, C12H22O11, dan CO(NH2)2
2. Karena banyaknya elektron yang bergerak bebas dalam larutan sehingga menghasilkan arus listrik
3. -Elektrolit lemah: terionisasi sebagian
-Elektrolit kuat: terionisasi sempurna
4. Ionisasi adalah kemampuan suatu senyawa untuk mengionisasi
5. Karena jika senyawa kovalen polar dilarutkan dalam air biasa menghasilkan ion H+, senyawa kovalen unsur pembentuknya non logam, senyawa ion unsur pembentuknya logam dan non logam
6. NaCl
KOH
MgCl
HCl
H2SO4
NH3OH
CH3COOHCaBr
H3PO4


Kesimpulan:

1. Yang termasuk larutan elektrolit adalah NaCl, MgCl, HCl, H2SO4, NH3, dan CH3COOH. Sedangkan yang termasuk larutan nonelektrolit adalah H2O, C2H5OH, C12H22O11, dan CO(NH2)2
2. Larutan elektrolit dapat berasal dari senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
3. Berdasarkan daya hantar elektrolit terdiri dari 3 jenis yaitu elektrolit kuat, elektrolit lemah , dan nonelektrolit.















SENYAWA KARBON

Tujuan: Untuk mengidentifikasi adanya unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon

Alat & Bahan:
 Statif besi
 Pembakar spiritus
 Spatula
 Tabung reaksi
 Vaselin
 Klem
 Penyumbat gabus
 Kertas kobalt
 Labu erlameyer
 Selang
 Larutan kapur
 Gula pasir
 Tembaga (II) oksida (CuO)

Cara Kerja:

1. Masukkan 1 sendok gula pasir dan 1 sendok serbuk CuO ke dalam tabung reaksi. Tutup tabung reaksi menggunakan gabus!






2. Tuangkan larutan kapur ke dalam tabung reaksi lainnya hingga volumenya 1/3 tabung! Tutup tabung reaksi menggunakan gabus!













3. Rangkailah alat-alatseperti gambar berikut!













4. Panaskan tabung yang berisi gula pasir perlahan-lahan. Amati perubahan yang terjadi pada tabung larutan kapur.
5. Buka tabung yang berisi gula pasir, lalu sentuhkan kertas kobalt ke uap hasil pembakaran.

Hasil pengamatan:

Identifikasi unsur C, H, dan O pada gula pasir

 Unsur C: setelah gula dibakar = hasil pembakarannya dalam tabung reaksi menjadi hitam
 Unsur H: mengubah kertas kobalt yang dimasukkan dalam tabung pembakaran, warna biru menjadi merah (H2O) uap air
 Unsur O: mengubah air kapur yang jernih menjadi keruh


Mengkomunikasikan

1. Berdasarkan hasil pengamatanmu, jelaskanlah persamaan reaksi pembakaran gula pasir!
Jawab: C12H22O11 + 2O2 12CO2 + 11H2O

2. Jelaskan tentang hal-hal berikut!
a. Mengapa pada saat pemanasan tabung reaksi yangberisi gula dan CuO ditutup?
b. Apakah fungsi larutan kapur?
c. Apakah fungsi kertas kobalt?
d. Apakah yang menandakan adanya unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon?
Jawab:
a. Untuk menguji CO2 dari hasil pembakaran gula
b. Untuk membuktikan adanya CO2
c. Untuk menguji adanya uap air
d. Adanya unsur C ditandai dengan hasil pembakaran gula menjadi warna hitam, unsur H ditandai dengan berubahnya kertas kobalt biru menjadi merah, dan adanya unsur O ditandai dengan mengeruhnya air kapur

Kesimpulan:

 Unsur C= hasil pembakaran gula menjadi warna hitam
 Unsur H= kertas kobalt biru menjasi merah
 Unsur O= mengeruhnya air kapur